THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Friendster Glitter Graphics

Jumat, 12 Maret 2010

12 03 2010

Daer Deidara...!!

aQu masih ngerasain bahagianya sampe hari ini Dei...
Padahal lulus testnya dah 1 minggu yang lalu...
Coz aQu ga nyangka bangetz bisa jadi salah satu orang yang lolos test psikotes PPA di BCA...
Coba kamu ada disana..
aQu pasti langsung peluk kamu...
saking bahagianya...
tapi masih ada satu test lagi Dei..
interview...
Tapi dah satu minggu lum ada kabar...
Sabar... Sabar.. Sabar..

Rabu, 03 Maret 2010

Penantian Adinda

Waktu begitu cepat berlalu, hingga aku tak menyadari, hubungan ku dengan arya genap 3 tahun. Perjalanan cinta ini, tak pernah sedikitpun membuat aku merasa jenuh ataupun bosan. Dia selalu bisa mencairkan suasana dengan candaan dan tawanya setiap kali aku berjumpa dengannya. Walau begitu, dia lah sosok pria penyayang dan sabar yang pernah aku temui, melebihi ayahku. Entahlah, aku sempat berfikir, mungin dia adalah malaikat yang tak dapat kembali karena sayapnya telah dicuri. Tapi dia tetap membutuhkan nafas dan berdarah bila kulit tubuhnya terluka. Itu artinya dia manusia biasa bukan ? Tak pernah marah, apa lagi membentakku. Arya melengkapkan kebahagiaan yang telah aku dapatkan selama ini. Karena itu, aku sangat mencintainya. Cinta?? Apa wajar anak berusia 17 tahun seperti ku. Mengucap kata yang terkandung makna yang dalam. Entahlah!! Tapi ini lah yang ku rasa.

Dia ada di hadapan ku sekarang, tersenyum manis seperti biasanya.

“ kamu jangan ngelamun terus donk.. nanti makanannya dingin loh..”

“ iya, nanti juga aku makan kok”

Malam ini, malam yang sangat istimewa buat ku dan arya, yupz.. bukan hanya dinner biasa, tapi hari ini adalah tanggal hari jadian ku dengannya, 17 Februari.

“ ar, setelah ini. Kamu jadi melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran?”

“ iya, karena aku ingin mewujudkan impianku, kamu dukungkan?”

“ iya dunkz. Pastinya”

Sesuai dengan karakter yang dia miliki, dia sangat cocok dengan profesi yang ingin dia raih. Indahnya dunia ku bukan, karena calon suamiku nanti adalah seorang dokter.

“ din, kamu keberatan ga, kalau aku ngajar les privat sama anak SMA?”

“ dikit sich. Pasti, waktu kamu buat aku semakin berkurang”

“ tapi kalau kamu ga ngasih izin, ya ga apa-apa. Aku tinggal bilang aja kalau aku ga bisa”

“ ga apa-apa kok ar, aku ga mau jadi penghalang bagi kamu buat ngeraih mimpi-mimpi kamu, tapi emangnya uang yang papa kamu kasih kurang ya? Sampe kamu harus ngajar les segala”

“ ga sich, tapi kamu tahu sendiri kan . Aku paling ga mau ngebebanin orang tua aku. Apa lagi biaya kuliah kedokteran itu mahal banget.”

“ udah ada yang nawarin kamu ngajar?”

“ udah, dia temennya sepupu aku”

Aku percaya dengan cinta arya sepenuhnya, jadi aku mengizinkannya tanpa kekhawatiran yang berarti. Tak hanya arya yang melanjutkan study, aku pun begitu. Aku melanjutkan kuliah jurusan sastra. Karena aku begitu mencintai bahasa. Suatu saat aku ingin jadi seorang penulis terkenal. Dan semua karya ku bisa diterima masyarakat luas. Hari semakin cepat berlalu, arya dan aku mulai sibuk mengurusi jadwal kuliah yang begitu padat. Yah mungkin waktu yang memisahkan. Tapi hati ku tetap merasa dekat dengannya.

***

Sikap arya semakin membosankan, sekarang arya jarang membalas sms dan menjawab telepon ku. Ada sedikit kekhawatiran yang merasuki dan menghantui pikiran ku, dan kekhawatiran itu menggoyahkan keyakinan cinta ku terhadap arya.

Mungkinkah arya menghianati sumpah suci cinta kita?

Mungkinkah cinta arya terhadap ku meluluh??

Seiring waktu yang menjauhkan keberadaan ku di sampingnya

Entahlah..

Sepi, itulah yang kurasa saat ini, malam dengan rintikan air hujan. Menambah perihnya kerinduan ku. Tak ada bintang yang dapat mengusir kesepian, yang saat ini tengah bersarang di lubuk hati ku yang dalam.

tahukah engkau wahai langit…

aku ingin bertemu membelai wajahnya..

kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah

hanya untuk dirinya..

……………………….

Telepon genggam ku berdering, ada 1 pesan masuk dan itu dari arya, tak sabar aku ingin membukanya.

Dinda, maafkan aku, aku terlalu sibuk dengan urusan pribadku. Sehingga tak sempat mengunjungi mu selama 3 bulan ini. Aku harap kamu tidak marah dan memutuskan untuk meninggalkan aku.

Aku sayang kamu dinda, dan akan selalu sayang kamu. Besok jam 3 sore, aku mau mengajakmu kerumah violita, adik les aku.

Aku ingin mengenalkannya padamu. Aku sering menceritakan tentang kamu padanya. Dan ia sangat ingin bertemu dengan mu.

Selamat malam kelinci kecilku, semoga kamu bisa mimpiin aku.

Aku sangat bahagia, tanpa mengulur waktu. Akupun langsung membalas sms dari arya.

Arya, aku tak pernah marah ataupun berniat mengakhiri hubungan kita. Aku mengerti kesibukan yang kamu miliki saat ini. Kebetulan sekali, besok aku lagi ga ada acara apa-apa. Aku tunggu kamu dirumah ya. Aku juga sayang kamu dan akan selalu sayang kamu.

Selamat malam kucing manisku, semoga bisa mimpiin aku juga.

Sepi yang menggelayuti pikirankupun, hilang seketika.

***

Diakah violita yang sering diceritakan arya??

Selama hampir 3 bulan arya sering membahas tentang violita ditengah-tengah pembicaraan ku dengannya lewat telepon. Sedikit ada rasa cemburu yang menggelayuti pikiranku. Arya bilang, violita adalah wanita lemah yang tak bisa melakukan apa-apa sendiri. Hidupnya sangat bergantung dengan orang lain. Senyumnya lembut dan parasnya begitu menawan. Dia sangat pendiam ketika arya menjumpainya pertama kali. Aku akui, dia sangat cantik, bak bidadari yang turun dari langit. Senyumnya menarik perhatian setiap pandangan yang menatapnya. Dia begitu anggun dan mempesona. Tapi, aku tak melihat kesunyian dalam raut wajahnya. Melainkan kebahagiaan yang sangat dalam, dan itu dapat kurasakan. Aku merasa, ada getaran yang tercipta untuk arya darinya. Mungkinkah violita mencintai arya? Entahlah. Yang pasti aku percaya sepenuhnya dengan arya. Aku yakin, arya hanya menganggap violita sebagai adik yang manis.

“ kamu kok diem aja sich din? Biasanya kamu kan paling rame dan seru?”

“ga apa-apa kok ar, kamu terusin aja ngajarnya”

“ bener ga apa-apa?”

“iya..”

Violita sungguh kasihan, dia menderita penyakit hemofilia yang sudah dideritanya sejak ia masih kecil. Karena penyakit ganas yang menyerangnya itu. Dia tidak pernah menikmati hidup yang telah ia jalani selama 15 tahun ini. Dunianya hanyalah rumah yang terbatas dinding dimana-mana. Bahkan dia belum pernah menginjakan kakinya untuk keluar rumah sekalipun. Tubuhnya begitu lemah untuk melakukan aktifitas. Dia tak mempunyai teman satupun, dan teman pertama baginya adalah arya. Selama ini dia menimba ilmupun dirumah dengan home schooling. Itu yang kudengar dari bundanya violita. Aku tak dapat membayangkan, betapa menderitanya menjalani hidup sebagai violita. Aku ingin menjadi sahabat yang kedua baginya.

***

“pagi ma!!, aku berangkat ke kampus dulu ya?”

“hati-hati dijalan ya?”

“sipz”

“maaf ya ar, kamu dah nunggu lama!”

“ga apa-apa cinta, satu jam lagi masih aku tungguin kok..”

“huh, gombal”

“ar, pulang kuliah, aku mau ke toko buku, temenin aku ya?”

“oke tuan putri”

“aku tunggu kamu ditaman kampus ya?”

“cipz..”

Mata kuliah hari ini dah selesai, aku menunggu arya di taman kampus tempat aku janjian sama dia.

Tumben arya belum ada disini?

Mungkin masih ada mata kuliah yang belum selesai.

Tak ku sangka, sudah satu jam aku menunggu arya. Telepon aku ga diangkat. Aku mulai jengkel dengan sikap arya akhir-akhir ini. Dia berubah, dia tak lagi menepati janji. Dan ini janji kesekian kali yang ia ingkari. Aku pulang, dan aku membatalkan niatku untuk pergi ke toko buku. Setibanya dirumah, ku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Aku tak dapat membendung tangisku, dan air mata itu pun tumpah seketika. Aku membencinya, aku ingin sekali memaki dan memarahinya sepuas hatiku. Tapi aku tak mampu.

Ku akan menjagamu dibangun dan tidurmu..

Disemua mimpi dan nyatamu..

Ku akan menjagamu tuk hidup dan matiku..

Tak ingin.. tak ingin kau rapuh..

………………………………..

Telepon genggam ku berdering, dan itu 1 panggilan dari arya.

“ada apa ar?”

“din, lagi-lagi aku nyakitin hati kamu, aku ga tahu lagi gimana caranya untuk nyembuhin luka kamu”

“aku baik-baik aja kok ar”

“maafin aku ya”

“iya ga apa-apa, lagi pula. Aku ga sempet nungguin kamu kok. Aku dah berangkat duluan sama temen-temen aku. Aku teleponin kamu ga diangkat-angkat.”

“bener din?”

“iya bener ar”

“aku pikir kamu nungguin aku satu jam penuh”

“dich, ngapain juga aku nungguin kamu, geer banget sich, emangnya kamu ada keperluan apa sich?”

“mendadak violita pingsan dan masuk rumah sakit, ibunya telepon aku buat nganterin violita dirumah sakit. Telepon aku ketinggalan dirumah violita. Kamu ga marahkan?”

“oh ya..!! violita masuk rumah sakit?!! Sekarang keadaanya gimana?!!”

“sekarang dia masih dirawat dirumah sakit”

“arya, kamu ingatkan? Lusa adalah hari ulang tahun ku tanggal 26 juni. Aku harap kamu ada disampingku saat itu.”

“tentu dinda, aku janji, aku ga akan ngecewain kamu lagi”

“I am wait”

***

Pada hari ulang tahun ku. Dia tetap tidak menepati janjinya. Dia tidak datang. Dia hanya mengirimkan sepucuk surat yang tak pernah ku harapkan.

Dear dinda,

Sedikitpun, aku tak pernah ingin menyakitimu. Aku tak pernah ingin membuat kamu menangis. Maafkan aku dinda, aku tak dapat menemanimu dihari ulang tahun mu yang kamu nantikan selama 17 tahun. Aku harus pergi dinda. Tapi bukan untuk meninggalkan mu. Aku berjanji aku akan kembali menemui mu untuk melamarmu. Dan kamu harus berjanji dinda, sampai saat itu tiba, kamu tetap menunggu ku kembali. Aku akan pergi kesingapura bersama violita, aku berjanji kepada ibunda violita untuk menjaga violita selama proses pengobatannya disana. Karena kondisi violita semakin memburuk. Jangan mencariku dinda, aku hanya ingin kamu menungguku kembali. Tunggu aku tepat tanggal 17 februari di taman tempat kita pertama kali bertemu.

Dari kekasih yang selalu mencintaimu, Arya..

Aku tak dapat membendung air mata ku lagi. Aku coba telepon dia. Tapi nomornya tak pernah aktif. Aku ingat kata-kata terakhir disuratnya. “jangan mencariku dinda, tapi tunggu aku kembali” apa dia sudah gila menyuruh aku menunggu tanpa kepastian yang jelas.

***

Ternyata tak hanya sampai disitu derita yang ku terima, beberapa minggu setelah kepergian arya. tubuh ku seakan lemas tak berdaya, wajah ku pucat sesekali keluar darah dari hidungku. Dan aku sangat terkejut ketika dokter memberitahukan penyakit yang ku derita. Aku menderita leukemia memang masih tingkat rendah. Tapi dokter memvonis aku hanya mampu bertahan kurang dari 1 tahun. Apakah aku masih dapat bertemu dengan arya sebelum maut memanggilku. Ketika aku mengetahui penyakit ini, aku ingin sekali berbagi dengan arya. tapi sayangnya, aku tak pernah tahu dimana dan sedang apa arya sekarang. Tak terasa 8 bulan telah berlalu, aku seakan menunggu detik-detik kematian ku yang akan tiba sebentar lagi. Tepat hari ini tanggal 17 februari aku ingin melihat janji arya untuk yang terakhir kalinya. aku menunggu ditaman yang dijanjikan arya. aku berusaha tampil cantik hari ini, untuk arya. aku menunggu hampir seharian penuh, hingga bulan menampakkan sinarnya. Dadaku mulai sesak, aku mulai lelah. Tapi mama yang dari tadi menemaniku memaksa aku untuk pulang. Aku tetap memaksa untuk tetap menunggu arya kembali. Aku tak sanggup lagi, aku tak sanggup bertahan melawan penyakit ini. Aku melihat ada sosok pria yang melangkah mendekatiku. Aryakah? Mataku sudah tak jelas memandang sekitar. Ternyata benar arya, arya datang untuk menepati janjinya. Aku tak sempat memeluknya bahkan berkata satu katapun padanya. Karena tuhan telah memanggilku untuk selamanya.

***